"Ummi, aku minta tolong pada ummi agar menyuruh adikku, Ahmad tuk bermakmum dg aku waktu shalat supaya orang-orang tidak menyangka buruk pekerjaanku", keluh Imam Ghazali pada ibunya.
Atas permintaan anaknya ibu Imam Ghazali menyuruh anaknya Ahmad agar
bermakmum dg kakaknya. Imam Ahmad melaksanakan perintah ibunya. Karena
dia tahu mematuhi perintah ibu wajib hukumnya selama perintah itu bukan
perintah maksiat pada Allah. Saat Imam Ahmad bermakmum dibelakang Imam
Ghazali dia melihat perut Imam Ghazali berlumuran darah. Melihat hal itu
Imam Ahmad mufarokoh(memisahkan diri dg imam saat imamnya dianggap
batal shalatnya).
Usai shalat Imam Ghazali bertanya pada adiknya sebab dia mufarokoh. Imam Ahmad menjawab pertanyaan sang kakak," Kakak, aku melihat darah berlumuran di perut kakak", jawab Imam Ahmad dg tegas," Itulah sebabnya kenapa aku mufarokoh", lanjut Imam Ahmad memberi alasan. “Adik, sebenarnya waktu aku shalat aku sedang memikirkan persoalan darah wanita”,ternyata
Imam Ghazali waktu shalat sedang memikirkan masalah haid dan
persoalannya. Melihat ketajaman mata hati adiknya Imam Ghazali jadi
heran bercampur kagum. " Adik, kamu belajar dari siapa (ketajaman mata hati) ?....", tanya Imam Ghazali penasran. "Aku belajar ilmu dari Syekh U'taqo dia bekerja sebagai penjahit sandal-sandal lusuh dan dijadikan bagus lagi", jawab Imam Ahmad dg jelas. Imam Ghazal langsung melangkah keluar rumah pergi tuk sowan ke rumah Syekh U'taqo.Sesampainya di rumah Syekh yg terlihat sederhana itu Imam Ghazali ucapkan salam. Terdengar jawaban salam dr dalam rumah. Imam Ghazali depersilahkan masuk. " Maaf. Wahai Syek, aku ingin belajar ilmu kepadamu", Imam Ghazali ungkapkan maksud silaturahimnya. Mendengar maksud kedatangan pemuda di hadapannya Syekh U'taqo menanggapinya," Wahai pemuda, barangkali kamu tidak akan mampu mematuhi perintahku".
“Insyaallah, aku sanggup mematuhi perintah Syek", jawab Imam Ghazali dg penuh kesungguhan. Mendengar kesungguhan pemuda di depannya Syekh U'atqo bilang," Sapulah pekarangan rumahku ini". Ketika Imam Ghazali inging menyapu pekarangan rumah Syekh dg munggunakan sapu, Syekh menyuruhnya agar Imam Ghazali menyapu menggunakan kedua tangannya. Dengan ikhlas Imam Ghazali patuhi perintah gurunya. Imam Ghazali heran melihat banyak kotoran berserakan penuhi pekarangan Syekh. Padahal seingat dia pada waktu memasuki pekarangan rumah Syekh tak ada kotoran.
amin2...
BalasHapus