Rosulullah
mengunjungi putrinya Sayyidah Fatimah. Setelah masuk ke rumah putrinya Fatimah,
Rosulullah melihat putrinya dan cucunya Hasan dan Husen sedang berwajah masam.
Rosulullah menyakan keadaan mereka. Fatimah mengeluh mengadu kalau dirinya
lapar,
“ Wahai
ayah, kami sudah tiga hari tidak mencicipi makanan”.
Mendengar
keluhan putrinya Rosulullah membuka perutnya. Terlihat di perut Rosulullah ada batu yang diikat,
“Wahai
Fatimah, apabila kalian sudah tiga hari tidak mencicipi makanan, maka ayahmu
sudah empat hari tidak makan”.
Rosulullah
menghibur putri dan cucunya agar bersabar.
ولنبلونكم
بشيء من الخوف والجوع ونقص من الاموال والانفس والثمرت وبشر الصابرين @ الذين اذا
اصابتهم مصيبة قالوا انا لله وانا اليه راجعون
Dan Kami
pasti akan Menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa,dan buah-buahan. Dan sampaikalah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar, yaitu, orang-orang yang apabila ditimpa musibah,mereka berkata”INNA
LILLA WA INNA ILAIHI RAJI’UN”(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah
kami kembali). (SQ.Al-Baqorah
155-156)
Kemudian
Rosulullah keluar dari Rumah Fatimah sambil berkata,” Aduh sedihnya,
sekarang Hasan dan Husen sedang menahan lapar”.
Rosulullah
terus berjalan menelusuri gang-gang Madinah. Setelah keluar dari gang Madinah
Rosulullah melihat a’robi (orang pedalaman/orang badui) sedang menimba air
sumur. Rosulullah berhenti di dekat orang itu. Tanpaknya lelaki itu tidak kenal
kalau orang yang berdiri di dekatnya adalah Rosulullah.
“ Wahai
a’robi, apakah kamu membutuhkan tenega yang akan kamu sewa tenaganya ?...”,
Rosulullah membuka pertanyaan.
“ Iya,
Aku butuh tenaga”,
jawabnya singkat.
“ Kamu
akan menyewa tenaga orang untuk keperluan apa ?...”, Rosulullah bertanya ingin tahu.
“
Menimba air dari sumur ini”, kata a’robi.
Rosulullah
menyatakan bersedia menimba air untuk a’robi. A’robi itu menyerahkan timba itu
kepada Rosulullah. Setelah Rosulullah menimba satu timba a’robi itu membayar
Rosulullah dengan tiga kurma. Rosulullah memakan tiga kurma itu kemudian menimba
lagi delapan timba.
Ketika
Rosulullah ingin menimba kesembilan kalinya tali timba sumur itu putus.
Akhirnya timba itu jatuh ke dalam sumur. Rosulullah tertegun bingung.
A’robi itu
datang menghampiri Rosulullah dengan wajah marah dan langsung menempeleng
Rosulullah. Setelah menempeleng dia membayar Rosulullah dua puluh empat kurma
yang memang menjadi hak Rosulullah sesuai perjanjian.
Rosulullah mengambil timba dari dalam sumur dengan
menggunakan tangannya yang mulya dan melemparkannya ke hadapan a’robi setelah
itu Rosulullah beranjak pergi meninggalkan a’robi yang terheran-heran
menyaksikan kejadian yang seperti mimpi, timba yang jatuh ke dalam sumur
yang dalam itu dengan mudah diambil oleh
lelaki di depannya.
A’robi itu
berfikir sejenak kemudian dia berkata,” Sungguh lelaki ini adalah
benar-benar seorang nabi".
Lelaki itu
merasa sangat menyesal atas perbuatannya kemudian dia mengambil pisau besar dan
memotong tangan kanannya yang telah dibuat menempeleng Rosulullah. Ahirnya dia
jatuh pingsan tak sadarkan diri. Waktu a’robi itu sudah tidak sadarkan diri,
ada kafilah yang lewat di jalan itu. Kafilah itu menimba air dan menyiramkannya
kepada lelaki yang tidak sadarkan diri itu sampai dia sadar.
Setelah
a’robi itu sadar, kafilah berunta itu bertanya,” Apa yang menimpamu
sampai tanganmu terpotong dan pingsan ?..”.
“Aku
telah menempeleng wajah orang kemudian aku menduga dia adalah Muhammad. Aku
takut diriku tertimpa musibah setelah menempeleng dia. Oleh kerana itulah, aku
potong tangan yang telah menempeleng wajah nabi”.
Selesai
bercerita a’robi itu mengambil tangannya yang terpotong dengan tangan kirinya
dan dibawanya menuju masjid Nabawi. Sesampainya disana dia berteriak menanyakan
nabi Muhammad,” Wahai sahabat Muhammad, dimana Muhammad ?...”.
Saat itu sahabat
Abu Bakar, Umar dan Usman sedang duduk,“ Kenapa kamu menanyakan
keberadaan nabi Muhammad”.
“ Aku
ada kebutuhan kepada dia “, jawab a’robi .
Sahabat
Salman Al-Farisi datang menghampiri a’robi itu dan memegang tangannya terus
berangkat membawanya ke rumah Sayyidah Fatimah.
Rosulullah
sendiri waktu menerima kurma dari a’robi itu langsung mendatangi rumah Sayyidah
Fatimah dan mendudukkan Sayyid Hasan di
pahanya sebelah kanan dan Sayyid Husen di paha sebelah kiri. Rosulullah
menyuapi kedua cucunya dengan kurma yang baru dia peroleh.
“
Wahai Muhammad !..”, terdengar a’robi memanggil.
Rosulullah
berkata kepada Fatimah,” Coba kau lihat, siapa di depan pintu”. Sayyidah
Fatimah keluar menuju pintu. Dia mendapatkan a’robi sedang memegang tangan
kanannya yang terpotong dengan menggunakan tangan kirinya. Terlihat tangan itu
meneteskan darah segar. Melihat hal itu Sayyidah Fatimah kembali masuk menemui
Rosulullah dan memberitahukan apa yang telah dia lihat.
Rosulullah
berdiri menuju pintu rumah. Waktu a’robi melihat Rosulullah dia berkata,”
Wahai Muhammad, maafkanlah aku. Aku berbuat demikian kepadamu, sungguh karena
aku tidak kenal kepadamu”.
“
Kenapa kamu memotong tanganmu ?..”, tanya Rosulullah.s
“ Aku
tidak ingin membiarkan tangan yang telah menempeleng wajahmu”, kata si a’robi.
“
Masuklah islam! Maka kamu akan selamat”, kata Rosulullah.
“
Wahai Muhammad, apabila kamu memang seorang nabi maka kembalikan lah lagi
tanganku!”,
jawab a’robi.
Kemudian
Rosulullah mengambil potongan tangan yang dipegang a’robi dan diletakkannya ke
tempatnya semula, ditempelkan, diusap dengan tanganya yang mulya dan
diludahinya potongan tangan itu sambil membaca basmalah.
Subhanallah
tangan itu menyatu kembali seperti semula dengan izin Allah.Ahirnya a’robi itu
masuk islam.
Barakallahu fik..
BalasHapus